Bermain Monopoli Bantu Anak Pahami Bahayanya Perundungan
Penulis : Haura Kaltsum Zahra
“Not all forms of abuse leave
bruises.”-Danielle Steel
Memasuki dunia yang semakin maju dan canggih, tidak menjadi
jaminan bahwa manusia akan menjadi lebih sadar dan meninggalkan perilaku yang
menyimpang. Justru hal ini mengakibatkan perilaku menyimpang ataupun kejahatan
terus tumbuh dan berkembang. Selain itu, pelaku kejahatan sudah tidak mengenal
umur. Mereka yang muda ataupun tua dapat menjadi pelaku tindakan kejahatan.
Beberapa tahun belakangan ini KPAI sering mendapatkan laporan kasus kejahatan
yang pelaku nya adalah seseorang yang masih memiliki umur yang sangat muda.
Salah satu contoh kasus nya adalah kasus mengenai perundungan. Siswa berinisial
‘G’ yang merupakan siswa di SMP Banyuwangi menjadi korban dari kasus
perundungan yang mengakibatkannya harus menjalani operasi patah tulang akibat
dari kekerasan yang temannya lakukan. Selain itu, KPAI bahkan pernah
mendapatkan laporan mengenai kasus perundungan yang dilakukan oleh anak anak
PAUD yang masih memiliki usia yang dini. Serta, banyak lagi kasus-kasus
perundungan yang KPAI terima yang korban dan pelakunya adalah anak-anak.
Kondisi perundungan yang dilakukan oleh anak-anak sangat
memprihatinkan, anak-anak yang seharusnya menghadapi kondisi dan perilaku yang
penuh cinta dan kasih sayang justru malah dihadapkan pada kondisi penuh
kekerasan dari tindakan perundungan. Perundungan merupakan suatu perilaku
menyimpang dimana seseorang atau sekelompok orang berusaha untuk menyakiti baik
itu secara fisik maupun psikis seseorang. Sehingga, perundungan ini
meninggalkan banyak sekali efek negatif bagi korban, pelaku dan juga orang
orang disekitarnya. Sebagian kasus perundungan terjadi di lingkungan sekolah.
Awal tumbuhnya bibit dari perundungan bisa terjadi dari tindakan-tindakan kecil
yang sering disepelekan seperti, menyapa seseorang dengan nama julukan sehingga
akan membuat seseorang menjadi tidak nyaman, menjadikan kekurangan temannya
sebagai bahan lelucon dan memfitnah temannya. Selanjutnya, jika perilaku
tersebut tetap dibiarkan pada diri anak. Maka, dikhawatirkan akan mendatangkan
masalah besar di kemudian hari. Bisa saja dimasa depan anak-anak yang sudah
terbiasa menunjukan perilaku tersebut akan berani menggunakan kekerasan fisik
kepada temannya seperti, memukul, menendang, menggigit, dan menjambak. Oleh
karena itulah, perundungan harus dicegah sedini mungkin.
Memberikan edukasi sejak dini mengenai perundungan merupakan
salah satu tindakan pencegahan yang telah beberapa sekolah terapkan. Sehingga,
dengan hal ini anak-anak akan lebih menyadari dan menghindari perilaku-perilaku
yang menunjukan sebuah perundungan di masa depan. Dalam memberikan edukasi mengenai perundungan
perlu adanya upaya untuk mengembangkan metode dan media pembelajaran sekreatif
mungkin. Sehingga, pembelajaran akan terasa mengasyikan dan materi yang disampaikan
juga tidak membosankan sehingga anak-anak akan lebih memahami mengenai materi
perundungan. Apalagi, jika materi ini akan disampaikan untuk anak-anak usia
dini. Maka, pemilihan metode dan media yang sesuai akan sangat membantu
anak-anak untuk lebih memahami materi yang akan disampaikan. Ada berbagai
metode dan media yang bisa digunakan untuk melakukan pengajaran mengenai materi
perundungan. Salah satunya adalah dengan menggabungkan pembelajaran dan
permainan. Hal ini akan membuat para anak tertarik dengan materi yang akan
disampaikan.
Anak-anak usia dini tidak bisa diperlakukan dengan kaku.
Mereka harus diperlakukan dengan cara yang menyenangkan. Sehingga, mereka akan
menikmati proses pembelajaran. Karena itulah, metode belajar sambil bermain
sangat cocok digunakan untuk mengajarkan anak-anak usia dini. Dengan bermain, anak-anak akan mendapatkan
banyak sekali manfaatnya. Seperti yang telah dikemukakan oleh (Jean piaget
dalam Anita Yus, 2013) bahwa bermain akan memudahkan anak untuk memahami
mengenai apa yang telah dipelajari sebelumnya dan menmpraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, bermain juga dapat membantu kognisi anak
menjadi lebih berkembang. Sehingga diharapakan, menggabungkan materi mengenai
perundungan sambil bermain akan membantu mempermudahkan anak-anak untuk paham
dan dapat mengaplikasikannya dalam kesehariannnya. Serta untuk mencegah
terjadinya kasus perundungan dikemudian hari.
Ada beragam permainan yang bisa diadaptasi sebagai media
pembelajaran bagi anak-anak. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan media permainan
monopoli. Permainan monopoli adalah permainan papan yang sangat sering
dimainkan oleh anak-anak. Permainan monopoli akan menggunakan bidak, dadu,
papan permainan, satu set kartu kartu, seperti kartu pajak, dana umum, dan dana
kesempatan. Dalam penggunaanya untuk kepentingan pembelajaran mengenai anti
perundungan. Fitur-fitur yang ada dalam permainan monopoli perlu dimodifikasi
sehingga cocok untuk dijadikan sebagai media pembelajaran. Seperti, pada papan
permainan, set kartu pajak, kartu dana umum dan dana kesempatan yang perlu
dimodifikasi agar sesuai dengan pembelajaran materi perundungan.
Jika biasanya dalam permainan monopoli kartu set dana umum
dan dana kesempatan ini membahas tentang peraturan yang harus dilakukan oleh
para pemain, seperti maju sampai start, bayar denda, dan kartu bebas penjara.
Maka, dalam proses pembelajaran ini, kartu-kartu seperti itu dapat diganti
dengan materi yang berisi pertanyaan seputar perilaku perundungan. Kartu dana
umum berisi mengenai materi perundungan, seperti, pengertian, jenis jenis,
penyebab, dan akibat dari perundungan. Sementara, kartu dana kesempatan berisi
mengenai sifat dan sikap apa yang seharusnya kita lakukan jika melihat kasus
perundungan. Selain itu, kartu pajak yang biasanya terdapat dalam permainan
monopoli dapat diganti namanya menjadi kartu empati. Dalam kartu empati ini
akan berisi mengenai pertanyaan-pertanyaan yang berguna untuk menumbuhkan
empati pada diri anak. Papan permainannya juga dapat dimodifikasi sesuai dengan
fitur fitur yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Maka, papan
permainannya hanya akan berisi mengenai petak-petak dana umum, dana kesempatan
dan empati.
Cara memainkan permainan monopoli dalam pembelajaran
mengenai perundungan hampir sama dengan memainkan permainan monopoli pada
umumnya. Namun, sebelum memulai permainan, hendaknya anak-anak dapat diberikan
video animasi mengenai penjelasan singkat tentang perundungan. Setelah selesai
menonton video, anak-anak dapat memainkan permainan monopoli. Pertama,
Anak-anak akan diminta untuk melemparkan dadu kemudian berjalan mengikuti angka
yang ada di dadu. Jika anak-anak berhenti pada petak kartu empati, maka anak
tersebut harus mengambil satu kartu empati dan membacakan apa yang tertulis
dalam kartu tersebut. Begitu juga jika anak berhenti dipetak dana umum atau
dana kesempatan. Selanjutnya, anak itu akan mencoba menjawab sesuai dengan
pemahamannya. Setelah selesai mendengarkan pendapat dari pemilik kartu,
anak-anak yang lain juga boleh memberikan pendapatnya seperti, apakah pendapat
yang telah disampaikan oleh temannya benar atau tidak. Anak-anak juga
diperbolehkan untuk melakukan diskusi bersama dengan temannya. Lalu, diakhir,
anak-anak akan mendapatkan penjelasan yang lebih detail dari guru untuk
membetulkan jika ada pertanyaan yang jawabannya melenceng.
Pemilihan media permainan monopoli dalam pembelajaran
mengenai materi perundungan tidak hanya menawarkan hiburan dan pembelajaran
yang menyenangkan bagi anak-anak. Namun, ada berbagai manfaat yang didapatkan
oleh anak-anak. Seperti saat anak-anak memberi jawaban dari pertanyaan yang
didapatkan dari kartu dana umum dan dana kesempatan dihadapan umum. Hal ini
akan membantu anak untuk lebih berani dalam menyampaikan pendapatnya di hadapan
teman-temannya. Jika anak-anak mendapatkan keberanian berbicara didepan umum.
Maka, kepercayaan diri anak akan meningkat. Dari aktivitas ini anak anak juga
akan menjadi aktif dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya, ketika para anak mendapatkan kartu dana kesempatan yang berisi mengenai langkah apa yang akan diambil jika mereka menjadi seorang saksi yang melihat suatu perundungan. Hal ini akan membantu meningkatkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah. Sehingga, ketika mereka menjumpai temannya sedang melakukan perundungan. Mereka tidak akan diam saja, mereka akan mencoba mencari solusi bagaimana menghadapi kasus perundungan ini dengan tepat. Tidak hanya itu, melalui aktivitas ini, anak seakan akan sedang berlatih mempraktekan materi ini secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, mereka akan tergambarkan bagaimana kondisi sebenarnya dari lingkuangan yang mereka tepati.
Selain itu, ketika temannya yang memiliki kartu dana umum
atau kesempatan selesai mengutarakan pendapatnya. Anak-anak yang lain juga
boleh mengemukakan pendapatnya. Mereka diperbolehkan untuk melakukan diskusi
untuk mencari jawaban yang tepat. Aktivitas ini akan melatih anak untuk belajar
bermusyawarah. Mereka juga akan dilatih untuk menerima dan menghormati bermacam
macam pendapat yang telah disampaikan oleh teman teman nya. Maka, aktivitas ini
akan membantu anak untuk meningkatkan rasa empatinya. Dengan mengajarkan empati
sedini mungkin hal ini akan membantu untuk mencegah perundungan. Dikarenakan
salah satu timbulnya perilaku perundungan pada diri seorang pelaku perundungan
adalah karena kurangnya pemahaman mengenai rasa empati.
Oleh sebab itu, dengan berkembangnya dunia pendidikan saat ini. Kita dapat memilih menyebarkan bahayanya perundungan dengan menggunakan media yang beragam dan kreatif, bisa dimulai dari hal yang sederhana namun jauh lebih efektif seperti menggabungkan permainan dalam menyebarkan bahaya perundungan. Karena sejatinya dunia anak-anak adalah bermain, dengan kita mencoba masuk ke dalam dunia anak tersebut. Kita akan dapat mengetahui dan membimbing anak-anak mengenai bahayanya perundungan. Maka dari itu, penulis menyarankan menggunakan permainan monopoli sebagai salah satu media untuk menyebarkan materi mengenai perundungan. Mereka akan sadar bahwa perundungan hanya membawa banyak kerugiannya daripada manfaatnya. Oleh karena itulah, perundungan ini harus dihentikan sedini mungkin dengan cara yang sederhana dan efektif namun tidak memberatkan anak anak.
Daftar Pustaka
Anam, K. (2019, November 12). Ulang-Aling (Ular Tangga Anti Bullying sebagai anti Bullying) sebagai
Cara Preventif untuk Cegah Bullying disekolah Dasar. Retrieved from
Kompasiana : https://www.kompasiana.com/khoirulanam1806/5dca2b67097f361efc34f7
c2/ulang-aling-ular-tangga-anti-bullying-sebagai-cara-preventif-untukcegah-bullying-di-sekolah-dasar
Arumsari, A.
D. (2018). Peran Guru dalam Pencegahan Bullying di PAUD . Media of Teaching Oriented and Children, 34-43.
Fanani, A. (2022, Januri 11). Siswa SMP di Banyuwangi Di-bully Hingga Tulang Pahanya Harus Dipotong 4
Cm. Retrieved from detikNews:
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5893944/siswa-smp-dibanyuwangi-di-bully-hingga-tulang-pahanya-harus-dipotong-4-cm
Hidayati, A. S. (2019). Analisis
Faktor Faktor Penyebab Bullying di Kalangan Peserta Didik Era Milenial .
Surakarta .
Isnanini Zakiyyah Arofa, Hudaniah, Uun Zulfiana. (2018).
Pengaruh Perilaku Bullying terhadap Empati Ditinjau dari Tipe Sekolah . Journal Ilmiah Psikologi Terapan, 74-92.
Syarif, F. (2014, Maret 25). Rupanya Kasus Bully Sudah Ada Sejak di Pendidikan Usia Dini.
Retrieved from Liputan 6:
https://www.liputan6.com/health/read/2027629/rupanya-kasus-bullysudah-ada-sejak-di-pendidikan-usia-dini
Yus, A.
(2013). Bermain Sebagai Kebutuhan Dan Strategi Pengembangan Diri Anak. Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDN, 153-158.
Zaini, A. (2019). Bermain sebagai Metode Pembelajaran bagi Anak Usia Dini. ThufuLA Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal , 118-134.
Comments
Post a Comment