Komunikasi merupakan proses mengirimkan atau bertukar informasi, seperti pesan, ide, atau gagasan, antara satu pihak dengan pihak lain, baik melalui cara verbal maupun nonverbal. Komunikasi verbal melibatkan penggunaan kata-kata, sedangkan komunikasi nonverbal dapat berupa ekspresi, seperti kerutan di dahi yang menunjukkan seseorang sedang marah.
Komunikasi tidak hanya melibatkan pertukaran informasi, tetapi juga mencakup tercapainya kesepahaman antara kedua pihak. Inilah yang disebut sebagai komunikasi efektif. Komunikasi efektif terjadi ketika pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan) memiliki pemahaman yang sama terhadap suatu pesan. Komunikasi dianggap efektif apabila pesan diterima dan dipahami sesuai maksud pengirim, terdapat tindakan timbal balik yang dilakukan secara sukarela oleh penerima, serta mampu memperkuat kualitas hubungan antar individu tanpa adanya hambatan.
Komunikasi efektif adalah aspek yang penting dan kompleks bagi semua pihak, termasuk dalam hubungan antara orang tua dan anak. Orang tua perlu membangun komunikasi yang terbuka dan efektif dengan anak untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan berkualitas.
Komunikasi efektif antara orang tua dan anak memberikan banyak manfaat, salah satunya adalah anak dapat belajar cara berkomunikasi yang baik dengan mencontoh perilaku orang tua. Melalui komunikasi yang efektif, anak merasa didengar dan dipahami, yang pada gilirannya dapat meningkatkan rasa penghargaan terhadap diri sendiri serta menumbuhkan kepercayaan diri. Sebaliknya, komunikasi yang tidak efektif dapat menimbulkan perasaan tidak berharga, tidak penting, atau tidak dipahami. Dalam situasi tersebut, anak mungkin melihat orang tua sebagai sosok yang kurang dapat diandalkan dan tidak layak dipercaya.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencapai komunikasi yang efektif dengan anak:
1. Dengarkan sebagaimana Anda ingin didengarkan
Orang tua perlu menjadi teladan dalam hal mendengarkan. Ketika anak berbicara, berikan perhatian penuh agar mereka merasa dihargai dan penting. Selain itu, tunjukkan empati selama percakapan berlangsung.
2. Hindari membuat asumsi
Jangan membuat penilaian pribadi sebelum memahami situasi secara jelas. Jika ada hal yang tidak dimengerti, tanyakan atau konfirmasikan kembali untuk mendapatkan kejelasan.
3. Biarkan anak menyelesaikan ucapannya
Jangan memotong pembicaraan atau langsung memberikan penilaian. Biarkan anak menyampaikan pikirannya sepenuhnya sebelum merespons.
4. Lakukan kontak mata
Kontak mata menunjukkan perhatian dan keterlibatan, sehingga anak merasa diperhatikan dan didengarkan dengan sungguh-sungguh.
5. Pilih waktu yang tepat untuk berbicara
Pahami suasana hati dan situasi anak sebelum memulai pembicaraan. Pilih momen yang tepat untuk mengobrol dari hati ke hati.
6. Lihat dari sudut pandang anak
Cobalah memahami situasi dari perspektif anak. Dengan cara ini, anak akan merasa lebih dipahami, sehingga mereka lebih terbuka untuk berbagi.
7. Lepaskan ekspektasi
Berkomunikasilah dengan anak secara terbuka dan sehat tanpa menetapkan harapan tertentu terhadap apa yang mereka akan katakan atau bagaimana mereka mengungkapkannya.
Berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya dihindari dalam berkomunikasi dengan anak:
1. Mengkritik ide, perasaan, atau pemikiran anak
Kritik terhadap ide, perasaan, atau diri anak dapat dianggap sebagai serangan pribadi. Hal ini dapat menurunkan rasa percaya diri (self-esteem) anak dan membuat mereka merasa tidak dihargai.
2. Membahas kesalahan masa lalu anak
Ketika suatu masalah telah selesai, hindari mengungkit kesalahan yang sudah berlalu. Mengingatkan kesalahan lama dapat mengajarkan anak untuk menyimpan dendam atau terus mengingat kesalahan orang lain, yang dapat berdampak buruk pada hubungan dan pola pikir mereka.
3. Mengarahkan dan mendikte cara anak menyelesaikan masalah
Memberikan arahan yang berlebihan atau mendikte dapat mengurangi kemampuan anak untuk mengontrol hidupnya dan memecahkan masalah sendiri. Anak mungkin merasa tidak dipercaya oleh orang tua, yang dapat melemahkan rasa percaya diri dan kemandirian mereka.
4. Menjudge dan menyalahkan anak
Menghakimi atau menyalahkan dapat membuat anak merasa rendah diri, tidak dihargai, dan tidak dicintai. Hal ini juga berdampak buruk pada self-esteem mereka, yang dapat memengaruhi perkembangan emosional dan sosial anak.
Pada akhirnya, komunikasi yang efektif bukan hanya tentang menyampaikan pesan, tetapi juga tentang membangun hubungan yang saling memahami dan mendukung. Orang tua memiliki peran penting sebagai teladan dalam menciptakan pola komunikasi yang sehat. Dengan menciptakan suasana yang terbuka dan penuh empati, anak akan merasa lebih dihargai, didengarkan, dan dicintai. Hal ini tidak hanya mempererat hubungan antara orang tua dan anak, tetapi juga membantu anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri, mandiri, dan mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
#KSPAUNJ
#KamiAdaKarenaKamiDibutuhkan
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Visit us
On Twitter : @KSPA_UNJ
Instagram : @kspaunj
Facebook : KSPA UNJ
YouTube : KSPA UNJ
Web : kspaunj1official.blogspot.com
💌 : kspaunj@gmail.com
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
© 𝗞𝗦𝗣𝗔 𝗨𝗡𝗝 𝟮𝟬𝟮𝟰
Referensi bacaan :
https://parent.binus.ac.id/2018/06/komunikasi-efektif-orang-tua-dan-anak/
Comments
Post a Comment